Melihat Jejak Sejarah Jakarta pada Dua Bangunan Tua

Melihat Jejak Sejarah Jakarta pada Dua Bangunan Tua. Jakarta yang dahulu bernama Batavia ternyata mempunyai jejak sejarah menakjubkan. Setiap tempat atau daerah di Indonesia punya cerita untuk dijadikan destinasi wisata. Baik berupa keindahan alamnya, kuliner khas setempat sampai  bangunan tua yang menyimpan cerita di masa lampau. Seperti di Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ada Istano Basa Pagaruyung.

Kali ini saya akan berbagi cerita mengenai jejak peradaban Jakarta. Sebagai ibu kota Indonesia ternyata kota ini menyimpan banyak cerita masa lalu. Indonesia dengan duapertiga wilayah dikelilingi perairan dan lautan serta terkenal sebagai negara bahari. Slogan “Nenek moyangku seorang pelaut” benar adanya.

Menara Syah Bandar

Awal tahun 2019 lalu saya berkunjung ke Menara Syahbandar. Menara ini terkenal karena kemiringannya. Terletak di daerah Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara tepatnya di Jl. Pakin Pasar Ikan. Dahulu kala menara ini bernama Uitkijk Post yang berarti pos pemantau. Dibangun pada tahun 1839 ketika VOC berkuasa di Batavia.

Fungsi menara ini sebagai pos pemantau keluar masuknya kapal-kapal layar perdagangan ke pelabuhan Sunda Kelapa. Kegiatan bongkar muat hasil bumi dan perdagangan menjadikan Sunda Kelapa sebagai pelabuhan tersibuk di dunia pada saat itu. Selain sebagai menara pemantau, tempat ini difungsikan sebagai kantor kepabeanan atau pemungut pajak kegiatan perdagangan barang dari  kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan.

Terkenal dengan Bangunan yang Miring

Menara Syahbandar saat ini menjadi bangunan tua bersejarah dan masuk dalam revitalisasi untuk cagar budaya. Di dalam kawasan Menara Syahbandar ada 2 bangunan tua , tugu prasasti serta meriam kuno.

1. Bangunan Utama Menara. Sebelum pengunjung masuk kedalam menara, pastikan tidak lebih dari 10 orang atau masuk secara bergantian. Usia menara ini sudah 1 abad lebih tentu saja kekuatan bangunannya punya daya beban terbatas. Selama mengikuti aturan maka pengunjung diperkenankan untuk naik sampai puncak menara.

Menara Syahbandar | Pribadi

Tinggi menara ini 12 meter dari permukaan tanah, dengan luas bangunan 4 x 8 meter. Bangunan menara terbagi tiga tingkat. Setiap ruangan mempunyai kisah menarik. Pada lantai dasar menara ada prasasti dengan tulisan Tionghoa berbunyi ” Garis Bujur Nol Batavia” yang dibuat oleh kantor jawatan survey masa VOC. Di lantai dasar ini pula kabarnya dahulu digunakan untuk mengurung awak kapal yang melanggar peraturan pelabuhan.

Puncak Menara

Lantai kedua hanya terdapat bingkai foto-foto yang mengambarkan suasana kegiatan pelabuhan jaman dahulu kala. Lanjut naik ke lantai 3, pengunjung disarankan secara bergantian menaiki puluhan anak tangga dengan sudut hampir tegak lurus dan diminta berjalan secara perlahan. Mengingat kondisi anak tangga terbuat dari kayu maka sebisa mungkin memakai alas kaki yang tidak berisik ketika berjalan.

Sesampai di puncak menara, terdapat ruangan berbentuk loteng dengan empat jendela besar terbuka lebar. Dari jendela atas kita bisa melihat pemandangan Galangan Kapal VOC, Kampung Akuarium, Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa.

Loteng Menara Syahbandar | Pribadi

Menara ini bisa miring karena dibangun di atas tanah rawa dan berada persis dipinggir jalan raya utama menuju Pelabuhan Sunda Kelapa. Sudah banyak kendaraan alat berat dengan tonase besar  selama berpuluh tahun lalu lalang di jalan raya utama. Hal ini membuat getaran yang mengganggu kestabilan tanah dan pondasi bangunan Menara Syahbandar. Dari segi keamanan menara ini sudah direvitalisasi dengan cara menahan struktur bangunan.

2. Bangunan Museum. Benda-benda yang disimpan dalam bangunan berupa aneka macam bentuk lampu mercusuar dari jaman VOC berkuasa. Terdapat lampu suar kristal yang ditempatkan sebagai rambu-rambu lalu lintas di lautan. Lampu Mercusuar sebagai penerangan dan petunjuk jalan kapal pada malam hari. Ada lensa fresnel yang ditempatkan pada lampu mercusuar sebagai kaca pembesar.

Lampu Suar Kristal | Pribadi.

3. Tugu Prasasti dan Meriam kuno. Tugu prasasti yang terletak dihalaman Menara Syahbandar ditandatangani tahun 1977 oleh mantan Gubernur Ali Sadikin. Awal mulanya prasasti ini sebagai penanda titik nol kilometer. Selain itu terdapat 7 meriam tembak peninggalan VOC yang menghadap ke penjuru mata angin. Menurut cerita penenpatan meriam untuk menembak musuh jika menyerang Batavia dari arah berbeda.

Tugu Meriam | Pribadi

Galangan VOC

Tempat ini terletak persis di seberang jalan besar berhadapan langsung dengan Menara Syahbandar. Bangunan bertingkat 2  ini awalnya didirikan tahun 1628 sebagai kantor dagang VOC. Sampai akhirnya menjadi galangan kapal yaitu tempat perawatan kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Melihat Jejak Sejarah Jakarta pada Dua Bangunan Tua
Galangan VOC | Pribadi

Dengan luas tanah yang mencapai 5000m2 bangunan ini menjadi saksi bisu pernah terjadinya kegiatan perdagangan terbesar oleh pemerintah Hindia Belanda. Saat ini bangunan ini dialihfungsikan menjadi restaurant dan taman luas untuk disewa sebagai tempat pesta dan foto pre-wedding.

Bangunan VOC tampak dalam | Pribadi

Nah demikian kisah traveling icon kota Melihat Jejak Sejarah Jakarta pada Dua Bangunan Tua. Apakah temans semua punya cerita berkunjung ke bangunan tua saksi bisu sejarah? Boleh share ya dikolom komentar. Terima Kasih.

Baca Juga : Jelajah Destinasi Wisata Sejarah ke Mausoleum

 

Please follow and like us:

ditulis oleh

Bayu Fitri Hutami

Seorang pembelajar yang bukan siapa-siapa melainkan seorang yang senang bercerita. Seorang yang suka menulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dibaca dan dialami untuk menjadi sebuah tulisan informatif. Semoga tulisan yang saya sajikan bermanfaat. Terima Kasih.