Rengas Dengklok Tempat Singgah Istimewa Bapak Bangsa

Rengas Dengklok Tempat Singgah Istimewa Bapak Bangsa. Soekarno Hatta sempat diungsikan ke sini sebelum mengumandangkan kemerdekaan Indonesia. Bulan Agustus adalah bulan istimewa karena bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus.

Banyak tempat sejarah yang menjadi saksi peristiwa kemerdekaan negeri ini. Salah satu tempat bersejarah adalah Rengas Dengklok. Sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang Jawa Barat ini menjadi saksi ketika sekelompok pemuda “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta untuk diungsikan ke rumah milik penduduk setempat.

12 Agustus 2018 saya bersama Komunitas Jelajah Budaya napak tilas memperingati kemerdekaan menuju Rengas Dengklok Karawang Jawa Barat. Berjarak kurang dari 70 km, kami berangkat dari Museum Proklamasi Jakarta menggunakan bus pariwisata pukul 08.00.wib dan tiba di Rengas Dengklok tepat jam 10.00 wib.

Rengas Dengklok
Rumah Sejarah | Pribadi

Rumah Rengas Dengklok

Tempat pertama yang dikunjungi adalah rumah Rengas Dengklok. Tempat singgah “penculikan” tokoh bangsa yang masih berdiri tegak hingga saat ini. Pada waktu itu, rumah sederhana ini milik penduduk yang berprofesi sebagai petani keturunan Tionghoa bernama Djiauw Kie Siong. Menurut pemandu sejarah, rumah ini dipilih para pemuda karena berada di tepi sungai Citarum dan jauh dari jalan raya.

Situasi di Ibu Kota Jakarta pada saat itu hiruk pikuk dengan beberapa pendapat mengenai pemilihan waktu yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan. Bertepatan dengan kekalahan tentara Jepang yang bertekuk lutut pada sekutu, kondisi ibu kota Jakarta saat itu sedang tidak dalam kekuasaan penjajah.

Ruang Tamu Rumah Rengas Dengklok | Pribadi

Para pemuda yang tak sabar dan tak ingin kehilangan kesempatan, mendesak kedua tokoh bangsa segera memproklamirkan kemerdekaan. Sementara para tokoh yang lebih tua ingin berdiskusi terlebih dulu. Jalan pintas diambil ketiga tokoh pemuda (Adam Malik, Chairul Saleh, Sukarni) “menculik”Soekarno Hatta diungsikan ke Rengas Dengklok pagi hari tanggal 16 Agustus  1945.

Hampir Menjadi Tempat Pembacaan Naskah Proklamasi

Soekarno Hatta tiba di rumah Rengas Dengklok pukul 10.00 pagi.  Para pemuda terus membujuk kedua tokoh bangsa untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Naskah proklamasi menurut cerita sudah ditulis tangan oleh kedua tokoh bangsa dalam bentuk draft dan siap dibacakan sore hari di Rumah Rengas Dengklok.

16 Agustus 1945 sore hari perwakilan pemuda datang dari ibu kota Jakarta yang bernama Ahmad Subardjo. Beliau membujuk kedua tokoh untuk kembali ke Jakarta dan memproklamirkan kemerdekaan pada esok hari tgl 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Tepat jam 10 malam kedua tokoh bangsa tiba kembali ke ibu kota dan mempersiapkan pembacaan naskah Proklamasi keesokan hari.

Kondisi Rumah Rengas Dengklok Sepeninggal Bapak Bangsa

Menurut cerita pemandu, kedua bapak bangsa hanya singgah di rumah Rengas Dengklok dalam hitungan kurang dari 10 jam saja. Walaupun demikian hingga hari ini kondisi rumah tersebut masih terawat dengan baik.

Baca Juga : Melihat Jejak Sejarah Jakarta pada Dua Bangunan Tua

Pemilik ruman Rengas Dengklok Djiauw Kie Siong wafat pada tahun 1964. Sepeninggal beliau, keturunannya hingga hari ini setia merawat rumah Rengas Dengklok. Pengunjung yang datang tidak dipungut biaya. Sang pemilik rumah dengan senang hati berbagi cerita dan menjawab pertanyaan pengunjung. Namun di dalam rumah terdapat kotak amal jika pengunjung ingin berdonasi seikhlasnya

Pindahan Rumah Rengas Dengklok

Tahun 1945 rumah Rengas Dengklok ada dipinggir sungai Citarum. Karena sering terkena banjir, maka oleh pemilik, rumah ini di geser ke dataran yang lebih tinggi. Proses pemindahan letak rumah dengan mencopoti bagian-bagian rumah yang terdiri dari kayu, genteng tanah dan gedek (dinding rumah dari bilah bambu). Setelah dicopot, ketika sampai ditempat yang lebih tinggi bagian-bagian rumah tersebut dipasang kembali. Lantai rumah masih asli terbuat dari batu bata merah jaman dahulu.

Tempat Tidur Berkelambu

Rumah ini mempunyai dua kamar tidur utama dan satu ruang tengah yang besar. Satu kamar tidur untuk istirahat Bung Karno beserta ibu Fatmawati berikut putranya Guntur dan satu kamar lagi untuk tempat istirahat Bung Hatta. Kedua kamar tersebut hingga saat ini masih terpasang tempat tidur kelambu model jaman dahulu.

Tempat Tidur Kelambu | Pribadi

Rumah Terbuka Untuk Umum

Ruang tengah rumah ini penuh dengan foto dari Bung Karno dan Bung Hatta. Di tengah ruangan ada altar tempat persembahyangan, mengingat sang pemilik rumah penganut Khonghucu. Pemilik rumah sendiri membangun rumah tambahan di belakang rumah utama. Jadi rumah ini terbuka untuk umum dan dirawat dalam bentuk aslinya.

Monumen Kebulatan Tekad

Monumen ini berada di sisi sungai Citarum. Tahun 1945, tempat ini merupakan markas PETA (Pembela Tanah Air). Sekarang, setiap tanggal 16 Agustus pada malam hari, diadakan renungan untuk mengenang detik – detik persiapan kemerdekaan Indonesia.

Monumen Kebulatan Tekad | Pribadi

Dibangun pada tahun 1950 luas tanah monumen  1500 meter persegi. Lokasi monumen berjarak 20 km dari pusat kota Karawang serta tidak jauh dari rumah Rengas Dengklok. Di tempat ini terdapat tugu tangan mengepal dengan empat telur. Makna dari tugu tersebut menggambarkan semangat perjuangan yang datang dari semua arah untuk merebut kemerdekaan. Di belakang tugu terdapat diaroma yang menggambarkan relief perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta sewaktu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Rengas Dengklok
Tugu Kemerdekaan | Pribadi

Setelah puas berkeliling dan mendengar cerita pemandu, acara napak tilas dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia pun usai. Kami segera kembali ke Jakarta.

Demikian traveling icon Rengas Dengklok Tempat Singgah Istimewa Bapak Bangsa. Bagaimana teman semua apakah ada situs atau tempat bersejarah di dekat tempat tinggal kalian? Boleh share ya dikolom komentar. Terima Kasih.

Salam

Baca Juga : Wisata Kota Tua Jakarta dari Amsterdam ke Makam Kuno

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Please follow and like us:

ditulis oleh

Bayu Fitri Hutami

Seorang pembelajar yang bukan siapa-siapa melainkan seorang yang senang bercerita. Seorang yang suka menulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dibaca dan dialami untuk menjadi sebuah tulisan informatif. Semoga tulisan yang saya sajikan bermanfaat. Terima Kasih.