Tips Ajarkan Anak Berpikir Kritis dengan Cara Kreatif. Berpikir kritis adalah usaha menyaring dan menganalisa informasi dari berbagai sumber. Selanjutnya dapat memutuskan mengambil tindakan sebagai solusi atas sebuah persoalan.
Berpikir kritis harus diajarkan sedini mungkin mulai dari masa anak-anak. Salah satu cara melibatkan anak dalam diskusi untuk pengambilan keputusan sederhana. Pada situasi ini orang tua harus bisa menjadi sahabat bagi anak. Menurut Blogger Tuban Jawa Timur, ada 6 langkah menjadi sahabat anak.
Daftar Isi
Dasar Berpikir Kritis Pada Anak
Setiap anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap apa yang ada disekitarnya. Rasa ingin tahu anak dikelompokkan menjadi dasar berpikir kritis seperti infografis berikut;
1.Sudut Pandang. Setiap manusia mempunyai pendapat dan kebiasaan berbeda. Pada anak, kondisi ini dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pola asuh orang terdekat dan kebiasaan sehari – hari. Contoh jika dibiasakan untuk selalu memperoleh apa yang diinginkan, maka anak akan mempunyai sudut pandang bahwa setiap permintaan pasti akan dipenuhi.
2.Bertanya. Anak akan selalu bertanya mengenai apapun yang baru dilihat, didengar dan dirasakan. Hal ini karena anak tumbuh dan berkembang dengan rasa ingin tahu yang besar. Pertanyaan yang dikemukakan anak mungkin terkesan sepele buat orang dewasa. Namun pada tahapan ini, anak yang banyak mengajukan pertanyaan mempunyai indikasi daya kritis yang kuat.
3. Mencari Kebenaran Informasi. Perkembangan dunia digital saat ini memasuki semua ranah tak terkecuali di tingkat pendidikan formal. Terlebih situasi pandemi saat ini mengharuskan anak melakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan media digital. Ketika mencari bahan untuk tugas sekolah sebagian besar anak mencari sumber dari internet.
Pendampingan Orang Tua
Proses pendampingan orang tua diperlukan ketika anak berselancar mencari informasi untuk tugas sekolah. Jangan sampai anak mendapatkan sumber informasi yang dapat menyesatkan. Tugas orang tua mengajari anak bagaimana mencari informasi yang benar sehingga tidak bias.
4. Alasan Rasional. Keinginan mengetahui sesuatu yang baru membuat anak selalu ingin mendapat jawaban yang dapat diterima daya nalarnya. Anak tidak akan berhenti bertanya sampai ia mendapatkan jawaban yang memuaskan rasa ingin tahunya.
Jangan Abaikan Pertanyaan
Pada tahapan ini sebaiknya orang tua atau yang mendampingi anak tidak mengabaikan keingintahuan dari pertanyaan yang diajukan anak. Jawaban seperti “nanti kalau sudah besar pasti kamu tahu sendiri” atau “belum waktunya kamu tahu tentang itu.” Sebaiknya berikan jawaban yang sesuai dengan daya nalar si anak. Jangan sampai anak mencari dan mendapatkan jawaban dari sumber atau orang lain yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5. Analysis. Ini adalah cara membandingkan dua objek atau lebih berdasarkan kelebihan dan kekurangan. Jika anak sudah dapat memilih sesuatu maka ajarkan untuk membandingkan dan menganalisa kelebihan dan kekurangan. Misalkan dalam memilih warna baju, memilih model sepatu dan sebagainya.
Cara Kreatif Ajarkan Berpikir Kritis
Pada dasarnya berpikir kritis tidak tumbuh dengan sendirinya. Dibutuhkan proses pembelajaran dari lingkungan sekitar. Pada lingkungan terkecil dapat dimulai dari keluarga. Selanjutnya lingkungan pendidikan formal, ranah pergaulan sampai tempat kerja.
Pembelajaran berpikir kritis paling efetif tentu dimulai dari masa anak – anak. Karena di masa ini daya serap anak masih segar dan lebih cepat menangkap apa yang diajarkan. Orang tua sebagai “guru” terdekat dari anak dapat memberi contoh nyata berupa cara kreatif berpikir kritis dari kegiatan di rumah.
1. Mengajak anak diskusi. Diskusi adalah bentuk komunikasi untuk memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota keluarga dalam mengemukakan pendapat. Misalkan ingin pergi ketempat wisata. Libatkan anak untuk memberi saran tempat wisata mana yang akan dikunjungi. Beri kesempatan untuk anak supaya dapat mengemukakan alasannya.
Menjadi Pendengar yang Baik
Sebagai orang dewasa, jadilah pendengar yang baik. Setelah anak selesai mengemukakan pendapat maka dapat dicari jalan tengah sebagai solusi pengambilan keputusan.
2. Mengamati objek untuk di analisis. Tujuannya supaya anak bisa membedakan kelebihan dan kekurangan unik dari masing-masing objek. Misalkan membedakan biskuit dengan roti. Roti tidak tahan lama, biskuit bisa disimpan distoples dan tahan lama. Jika ingin membawa bekal untuk perjalanan piknik ke luar kota tentu lebih baik membeli biskuit daripada roti.
3. Mengajak kerjasama. Tujuan kerjasama untuk mencapai satu tujuan. Tekankan bahwa dalam kerjasama harus ada rasa saling mengerti dan saling membantu. Misalkan ketika di rumah anak diminta membereskan mainannya sendiri.
Telaah Informasi
4. Menelaah sumber informasi. Anak terkadang menerima informasi dari apa yang didengar dan dilihat dari teman serta lingkungan sekitar. Tekankan pada anak untuk selalu memberitahukan pada orang tua mengenai apa yang anak dengar dan lihat.Hal ini supaya kepantasan dan kebenaran informasi tersebut dapat ditelaah oleh orang tua.
5. Mengembangkan cerita. Sebagian orang tua melakukan dongeng sebelum tidur dengan cara membacakan buku cerita. Pada hari berikutnya saat waktu bermain, orang tua dapat meminta anak mengembangkan cerita yang pernah dibacakan sebelum tidur. Kegiatan ini sangat bagus untuk mengembangkan kreatifitas dan daya pikir anak.
Baca Juga : Cerita Rakyat Bergambar Asah Imajinasi Anak Sejak Dini
Manfaat Berpikir Kritis
Berpikir kritis membuat anak mampu menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab. Anak menjadi mandiri serta tidak selalu bergantung pada orang terdekat. Anak juga lebih berani mengambil keputusan. Berikut manfaat berpikir kritis pada anak;
1. Menumbuhkan rasa empati. Misalkan selalu menghabiskan makanan yang sudah disediakan karena masih banyak orang diluar sana yang kekurangan makan. Tidak membeli mainan setiap pergi ke toko karena mainan di rumah masih bagus dan bisa digunakan. Memberikan baju layak pakai yang sudah tidak muat untuk diberi pada orang lain.
2. Mempunyai alasan/alibi kuat. Anak terbiasa mempunyai alasan ketika memilih sesuatu. Anak juga mampu menjelaskan ketidaksukaan terhadap sesuatu dengan alasan yang dapat diterima.
3. Mampu menyesuaikan diri/ adaptasi. Anak mampu mengendalikan sifat dan sikap ketika berada dalam kumpulan orang. Karena anak mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
4. Fokus pada masalah utama. Anak terbiasa fokus mengurai permasalahan. Tidak menimbulkan masalah baru dan tenang menghadapinya.
5. Tidak mudah disesatkan. Anak mempunyai pendirian yang kuat dan tidak mudah dipengaruhi bujukan orang lain.
Demikian Tips Ajarkan Anak Berpikir Kritis dengan Cara Kreatif. Bagaimana dengan teman semua, apakah ada cara lain sehubungan dengan berpikir kritis yang dapat diajarkan pada anak – anak ? Boleh share ya di kolom komentar. Terima Kasih.
Salam
Desiani Natalina, Menumbuhkan Perilaku Berpikir Kritis Sejak Anak Usia Dini, Cakrawala Dini Vol.5 No.1, Mei 2015
Baca Juga : Tips Mengajarkan Etika Universal pada Anak Usia Dini
Salah satu ciri anak kritis, banyak bertanya dan menganalisa/menelaah jawaban atau informasi, menjadi kebenaran yg diyakini. Bagus artikel nya
Anak yang banyak bertanya itu menggemaskan juga ya, kak. Terutama kalau pertanyaannya suka bikin mikir. Tapi, alhamdulillah sempat dapat ilmu sedikit mengenai cara jawab pertanyaan ketika anak menanyakan hal yang agak rumit kaya, dari mana bayi berasal. Bisa dijelaskan dengan bahasa ilmiah, tanpa menuntut mereka harus paham. Menurut pendapat sumbernya, memenuhi rasa ingin tahu anak enggak harus selalu menjelaskan dengan gamblang. Dan selama ini, hal itu yang aku praktekkan.
Ponakanku juga ada nih yang cara berfikir nta kritis, dulu sebelum pandemi aku dan suami sering kerumah ponakan.
Kadang aja ada pertanyaan ceplas ceplosnya yang bikin kaget.
Dan tentu meskipun anak anak masih kecil atau belum mengerti apa yang ia tanyakan ke kita sebagai orang dewasa, mesti jawab jujur sesuai apa yang ada tapi dengan bahasa yang mudah dipahami nya.
Betul mbak kita sebagai orang dewasa harus menjawab dengan bijak setiap pertanyaan dari anak2 ..supaya mereka tidak cari jawaban sendiri yang bisa saja jawabannya menyesatkan
anak sulungku ketika sudah berbicara sekitar umur 2 tahun, pertanyaan pertama kepadaku adalah “Mamah lagi apa?” setelah itu merembet “kenapa mah?” hal yang menurutku lucu dan memorable adalah satu pertanyaan dia di umur 4 tahun “mah, kenapa kakak itu minumnya berdiri?” memang kita sebagai orang tua jangan lupa untuk selalu menjawab pertanyaan anak meski tidak bisa katakan saja belum tahu ya mbak..kalau kita omelin anak malah dia jadi ga mau berpikir kritis lagi nanti
jadi inget dulu pas SD , aku itu suka nanya ke orang tua. Nah pas udah besar misal ada anak kecil yang suka tanya-tanya gitu kadang suka gemes ya. Padahal kita pas kecil juga seperti mereka. hehehe
anak banyak bertanya itu juga salah satu tanda berpikir kritis ya, ponakan saya tuh sering banget nanya macem-macem yang kadang bikin bingung jawabnya. atau membalas omongan dengan cara yang bukan bocah tapi kaya udah dewasa padahal umurnya baru 5 tahun. baca ini jadi makin paham bagaimana caranya agar anak berpikir kritis. makasih mba sharingnya.
Kalau ciri anak berpikir kritis maka dia akan bertanya macam-macam maka orang tua harus mempunyai jawaban yang bisa membuat si anak bertanya kembali.
Kalau ciri anak berpikir kritis maka dia akan bertanya macam-macam sehinnga orang tua harus kratif mempunyai jawaban dan sanggahan yang bisa membuat si anak bertanya kembali.
Yang paling penting bagi saya anak tidak mudah disesatkan ya kan kak..
Apalagi zaman now, banyak anak yang terikut arus media mainstream. Kadang sedih liat begitu kak
Wah saya baru tahu loh kalau ternyata kita tidak boleh mengabaikan pertanyaan dari anak-anak yang ingin tahu. Ya itu karena kita merasa mereka cukup umur untuk tahu jadi ya udahlah nggak kita anggap pertanyaan mereka. Padahal ternyata itu sangat penting ya, mengingat anak-anak berada di usia yang sangat kritis untuk mencari tahu
Kak aku masih sulit menjawab ketika anakku kusuruh shalat, dan aku gak sedang shalat. Nah, kenapa umi gak shalat katanya. Sebenarnya gak boleh ya gak jawab.
setuju banget ya kita harus mengajarkan anak untuk bisa berpikir kritis untuk masa depannya dan tidak asal menerima informasi mentah-mentah tetapi yaitu balik lagi konsekuensinya kita harus siap meladeni anak dan tanpa bosan dan jemu memberikan pertanyaan untuk menjawab pertanyaan bagi anak-anak yang suka bertanya
Kalo abakku belum vanyak pertanyaan hingga sekarang hampir 4 tahun. Dia masih banyak mainan.
Makasih banyak mbak tipsnya, soalnya anakku sekarang umur 3,5 tahun dan lagi fasenya banyak tanya berbagai macam hal
Yup..ini pula yang akan saya coba ajarkan ke anak… menganalisa… bagaimana roti yang hanya dapat bertahan sebentar dan bisukuit yang bisa bertahan lama.
Ternyata banyak manfaatnya ya kak, ketimbang anaknya diem gitu aja