Memuliakan Martabat Perempuan pada Judul Berita Kasus Perkosaan di Media Ramah Gender
Sosok Perempuan | Pixabay

Martabat Perempuan

Memuliakan Martabat Perempuan di Media Ramah Gender. Laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Laki-laki dengan sifat maskulinitas dan perempuan dengan sifat femininitas seharusnya bisa saling menghargai dan melengkapi. Tidak ada yang merasa superior dan berhak mendominasi hak satu sama lain atas nama apapun.

Sadar gender antara laki-laki dan perempuan seharusnya meliputi berbagai aspek. Salah satunya  penyebaran informasi berbagai kasus melalui portal media online. Sayangnya belum semua media ramah gender dalam membuat judul berita beserta isinya. Contoh yang paling sering ditemui ketika media memberitakan kasus perkosaan perempuan. Penulisan berita menjadi tidak ramah gender bagi sebagian korban perempuan.

Perkembangan ranah digital diikuti jaringan media berbasis online semakin meriuhkan suasana “dunia dalam berita” yang tersaji hanya dalam hitungan menit. Kasus perkosaan dengan korban perempuan sering kali menyudutkan dan membuat bias peristiwa sebenarnya. Judul berita perkosaan dibuat semenarik mungkin sehingga orang  mengklik seketika atau dikenal sebagai “click bait”.

Berita korban perkosaan didominasi perempuan sebagai objek tanpa diberi hak kesempatan membela diri. Sebagian besar menggambarkan dan menjelaskan bahwa tubuh perempuan penyebab timbulnya nafsu pelaku untuk melakukan tindakan perkosaan. Informasi mengenai dominasi hasrat pelaku pemerkosa yang tak dapat dikendalikan tidak mendapat porsi setara dengan korban.

Judul Berita Tendesius Kasus Perkosaan di Portal Media Online

Objek perempuan sebagai judul berita, baik sebagai narasumber atau korban kejadian cenderung dibuat tendesius dan lebih mengutamakan sensualitas demi mengejar traffic atau page view semata. Beberapa kasus perkosaan perempuan di “viralkan” tanpa ampun dengan menguliti jalan cerita perkosaan. Berita yang ditulis layaknya live show seperti berikut;

Berita Perkosaan | Media Online

Pada judul berita diatas, kasus perkosaan bukan lagi sekedar berita melainkan menjadi sebuah pertunjukan seperti sebuah skenario film. Alih-alih memberitakan siapa dan apa motif pelaku, isi berita sama persis dengan judul yaitu menceritakan rangkaian proses perkosaan. Pada kasus ini korban  perkosaan bagai “sudah jatuh tertimpa tangga” sudah diperkosa masih diberitakan detik-detik kejadian yang dialami.

Baca Juga : Literasi Digital antar Lintas Generasi

Memuliakan Martabat Perempuan pada Judul Berita Kasus Perkosaan di Media Ramah Gender

Sejatinya media ramah gender harus bersimpati dan berempati terhadap korban perkosaan? Ada dua sudut pandang menulis judul berita tanpa mengabaikan penderitaan korban.

1. Judul Berita jika pelaku perkosaan belum ditemukan.

Memuliakan Martabat Perempuan pada Judul Berita Kasus Perkosaan di Media Ramah Gender
Memburu pelaku | Media Online

Kasus perkosaan seperti yang diberitakan pada judul diatas terjadi pada seorang anak perempuan. Penulisan judul mengambil kata umum “bocah”, berita tegas dan langsung pada tujuan untuk menangkap pelaku. Kronologis kejadian secara umum cukup ditulis di isi berita dan tidak mengungkap identitas personal korban. Dengan demikian jika korban tumbuh besar dan kelak  menemukan jejak digital masa lalunya tidak membuat martabatnya jatuh untuk kedua kali. Hal ini karena peristiwa sudah disamarkan sedemikian rupa.

2. Judul Berita jika pelaku perkosaan sudah ditemukan.

Pria Pemerkosa : Media Online

Pada judul berita jika pelaku perkosaan sudah ditemukan dapat ditulis dengan menitikberatkan pada personal pelaku. Perbuatan pelaku adalah keinginan personal yang harus dipertanggungjawabkan. Ranah hukum mengadili perbuatan pelaku. Ranah masyarakat memberi sanksi sosial.

Dari sudut pandang korban perkosaan, memberitakan personal pelaku secara jelas membuat korban mendapat pembelaan dan merasa dihargai martabat sebagai perempuan korban perkosaan. Pemberitaan yang menghargai martabat korban perkosaan diharapkan dapat mempercepat pemulihan trauma korban untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya.

Media Ramah Gender Harus Dapat Menyampaikan Pesan yang Berpihak pada Korban

Isi berita media ramah gender sejatinya dapat menyampaikan pesan bahwa perempuan dengan sensualitasnya punya hak untuk hidup merdeka sama dengan laki-laki. Media dapat menjadi jembatan sadar gender dan memberi pencerahan untuk semua pihak bahwa perempuan tidak hanya “layak” menjadi pelampiasan seksual. Ada martabat melekat yang harus dijaga pada setiap diri perempuan.

Media dapat menciptakan ruang ramah gender untuk menyampaikan pesan, bagaimana laki-laki dengan segala “kelebihannya” seharusnya dapat  mengendalikan hasrat untuk tidak memperkosa dan menjadi dominan terhadap perempuan. Karena manusia diciptakan sebagai mahluk sempurna maka gunakan akal, pikiran dan nuraini sebelum bertindak.

Salam

 

Baca Juga : Seberkas Cahaya dari Meruya untuk Anak – Anak Disabilitas

 

 

Please follow and like us:

ditulis oleh

Bayu Fitri Hutami

Seorang pembelajar yang bukan siapa-siapa melainkan seorang yang senang bercerita. Seorang yang suka menulis berdasarkan apa yang dilihat, didengar dibaca dan dialami untuk menjadi sebuah tulisan informatif. Semoga tulisan yang saya sajikan bermanfaat. Terima Kasih.