Daftar Isi
Martabat Perempuan
Memuliakan Martabat Perempuan di Media Ramah Gender. Laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Laki-laki dengan sifat maskulinitas dan perempuan dengan sifat femininitas seharusnya bisa saling menghargai dan melengkapi. Tidak ada yang merasa superior dan berhak mendominasi hak satu sama lain atas nama apapun.
Sadar gender antara laki-laki dan perempuan seharusnya meliputi berbagai aspek. Salah satunya penyebaran informasi berbagai kasus melalui portal media online. Sayangnya belum semua media ramah gender dalam membuat judul berita beserta isinya. Contoh yang paling sering ditemui ketika media memberitakan kasus perkosaan perempuan. Penulisan berita menjadi tidak ramah gender bagi sebagian korban perempuan.
Perkembangan ranah digital diikuti jaringan media berbasis online semakin meriuhkan suasana “dunia dalam berita” yang tersaji hanya dalam hitungan menit. Kasus perkosaan dengan korban perempuan sering kali menyudutkan dan membuat bias peristiwa sebenarnya. Judul berita perkosaan dibuat semenarik mungkin sehingga orang mengklik seketika atau dikenal sebagai “click bait”.
Berita korban perkosaan didominasi perempuan sebagai objek tanpa diberi hak kesempatan membela diri. Sebagian besar menggambarkan dan menjelaskan bahwa tubuh perempuan penyebab timbulnya nafsu pelaku untuk melakukan tindakan perkosaan. Informasi mengenai dominasi hasrat pelaku pemerkosa yang tak dapat dikendalikan tidak mendapat porsi setara dengan korban.
Judul Berita Tendesius Kasus Perkosaan di Portal Media Online
Objek perempuan sebagai judul berita, baik sebagai narasumber atau korban kejadian cenderung dibuat tendesius dan lebih mengutamakan sensualitas demi mengejar traffic atau page view semata. Beberapa kasus perkosaan perempuan di “viralkan” tanpa ampun dengan menguliti jalan cerita perkosaan. Berita yang ditulis layaknya live show seperti berikut;
Pada judul berita diatas, kasus perkosaan bukan lagi sekedar berita melainkan menjadi sebuah pertunjukan seperti sebuah skenario film. Alih-alih memberitakan siapa dan apa motif pelaku, isi berita sama persis dengan judul yaitu menceritakan rangkaian proses perkosaan. Pada kasus ini korban perkosaan bagai “sudah jatuh tertimpa tangga” sudah diperkosa masih diberitakan detik-detik kejadian yang dialami.
Baca Juga : Literasi Digital antar Lintas Generasi
Memuliakan Martabat Perempuan pada Judul Berita Kasus Perkosaan di Media Ramah Gender
Sejatinya media ramah gender harus bersimpati dan berempati terhadap korban perkosaan? Ada dua sudut pandang menulis judul berita tanpa mengabaikan penderitaan korban.
1. Judul Berita jika pelaku perkosaan belum ditemukan.
Kasus perkosaan seperti yang diberitakan pada judul diatas terjadi pada seorang anak perempuan. Penulisan judul mengambil kata umum “bocah”, berita tegas dan langsung pada tujuan untuk menangkap pelaku. Kronologis kejadian secara umum cukup ditulis di isi berita dan tidak mengungkap identitas personal korban. Dengan demikian jika korban tumbuh besar dan kelak menemukan jejak digital masa lalunya tidak membuat martabatnya jatuh untuk kedua kali. Hal ini karena peristiwa sudah disamarkan sedemikian rupa.
2. Judul Berita jika pelaku perkosaan sudah ditemukan.
Pada judul berita jika pelaku perkosaan sudah ditemukan dapat ditulis dengan menitikberatkan pada personal pelaku. Perbuatan pelaku adalah keinginan personal yang harus dipertanggungjawabkan. Ranah hukum mengadili perbuatan pelaku. Ranah masyarakat memberi sanksi sosial.
Dari sudut pandang korban perkosaan, memberitakan personal pelaku secara jelas membuat korban mendapat pembelaan dan merasa dihargai martabat sebagai perempuan korban perkosaan. Pemberitaan yang menghargai martabat korban perkosaan diharapkan dapat mempercepat pemulihan trauma korban untuk melanjutkan kehidupan selanjutnya.
Media Ramah Gender Harus Dapat Menyampaikan Pesan yang Berpihak pada Korban
Isi berita media ramah gender sejatinya dapat menyampaikan pesan bahwa perempuan dengan sensualitasnya punya hak untuk hidup merdeka sama dengan laki-laki. Media dapat menjadi jembatan sadar gender dan memberi pencerahan untuk semua pihak bahwa perempuan tidak hanya “layak” menjadi pelampiasan seksual. Ada martabat melekat yang harus dijaga pada setiap diri perempuan.
Media dapat menciptakan ruang ramah gender untuk menyampaikan pesan, bagaimana laki-laki dengan segala “kelebihannya” seharusnya dapat mengendalikan hasrat untuk tidak memperkosa dan menjadi dominan terhadap perempuan. Karena manusia diciptakan sebagai mahluk sempurna maka gunakan akal, pikiran dan nuraini sebelum bertindak.
Salam
Baca Juga : Seberkas Cahaya dari Meruya untuk Anak – Anak Disabilitas
Aku merinding baca headline berita yang menjadikan perempuan obyek. Apalagi kalau klik, terus muncul deh berita sejenis. Duuuh… tambah miris. Apa engga ada berita lain…
Ternyata enggak! Kapan yaa…ada media ramah gender?
Untuk mengatasi ini sekarang banyak gerakan sadar dan ramah gender mba bahkan penggagasnya laki-laki. Karena mungkin sdh sangat keterlaluan dan ga ada nilai tambahnya juga sih ya kalau selalu mendeskriditkan perempuan sebagai obyek apalagi sekarang gampang banget tuh ngeviralin di media online ..
Betul banget ini. Media saat ini memang dituntut bukan lagi soal menyampaikan berita, tapi bagaimana bersaing dengan media lainnya agar dapat banyak klik. Kadang memang sudah menyalahi aturan, clickbait dan sebagainya. Semoga media ramah gender diterapkan ke semua media
setuju kak semoga media dapat terus berbenah dalam memberitakan kejadian supaya lebih seimbang dan tidak menilai sepihak
Betul banget kak, sering aku temui di media mainstream yang seperti itu. Semoga para jurnalis membacanya dan berbenah menjadi lebih baik lagi.
Baca ini bikin makin yakin kuliah di jurusan jurnalistik.
Wah jadi mahasiswa jurnalistik ya kak ..pilihan bagus kak sekaligus bisa jadi agen perubahan terhadap situasi kondisi media saat ini terutama yang berhubungan dengan gender
Setuju banget dengan artikel ini. Sayangnya memang banyak portal berita yang kejam terhadap kasus di mana perempuan menjadi korban pelecehan maupun perkosaan. Harus segera dibenahi.
Nah iya media itu terkadang lebih mengedepankan pemberitaan korban timbang mengungkap motif pelaku
Media sekarang memang banyak membuat judul yang aneh-aneh. Apalagi kalau sudah terkait pemerkosaan. Sering sekali judulnya mengarah menyalahkan perempuan. Yah itu tadi tujuannya untuk mengundang pembaca mengklik
Betul kak , terjadi pemberitaan yang tidak imbang lebih banyak berita korban perkosaan ketimbang mengungkap pelaku perkosaan
Kalau kata salah satu motivator yang pernah saya dengar, “lelaki setampan apapun, nggak menarik untuk di ulas. Tapi perempuan cantik, baru fotonya saja tanpa ada ulasan apapun, selalu bisa mendatangkan trafik”
Semoga makin banyak media ramah gender, mementingkan isi berita, bukan cuma kejar sensasi
setuju kak , setidaknya perempuan harus dihargai ya martabatnya dan derajatnya
Saat traffic didewakan, empati kayak mati suri. Yang penting mendatangkan keuntungan, tak peduli akan martabat orang lain.
betul kak media jadi tak terlihat empatinya ya..dan cenderung hanya memikirkan traffic semata
Dulu pernah diskusiin hal serupa dengan teman. Bener. Sebel kadang kalau ada berita perkosaan yang menyudutkan korban. Sebagai korban kan harus mereka dilindungi, termasuk identitasnya.
Betul kak berita perkosaan memang sering menyudutkan korban..media sering mementingkan klik bait dengan membuka cerita korban perkosaan harusnya pelakunya sih ya yang diberitakan
Judul sering bikin terkecoh. Lain judul, beda isi hehe..
betul pak setuju judul hanya pemancing saja supaya diklik
sungguh aku merindukan media yang memuliakan martabat perempuan pada berita-beritanya. Jangan hanya disebutkan jika seakan mereka pihak yang patut disalahkan saja. Memang media ramah gender makin sulit ditemui meski masih ada juga.
Sayang sekali demi tujuan views martabat perempuan dikorbankan
Ya begitulah media jaman now mbak tidak peduli empati pada korban hanya kejar viewers tanpa berimbang dalam membuat berita
Jaman serba digital kek gini emang buanyak banget berita onlen yang intinya cuma ngejar page views dan endingnya banyak iklan yang masuk. Tanpa memperhatikan betul isi beritanya sendiri. Kadang juga banyan judul yang spekta padahal pas diklik isinya lain huh keseeel akutu.
Untuk pemberitaan pemerkosaan spt ini juga mayoritas masi memojokkan korban. Pedahal banyak juga kan mereka yang pakaian ha tertutup, yang alim dan gak neko2 malah jadi korban .. emang dasarnya ya pelaku yang udah gak punya nurani. Semoga ke depan makin baguslah pemberitaan di media ini.
Nah betul kak serapi dan sesopan apapun perempuan tetap saja beberapa banyak yang jadi korban perkosaan entah apa yang ada di pikiran pelaku ..padahal mereka juga terlahir dari seorang perempuan tapi seperti tidak pnya rasa memuliakan martabat perempuan
Setuju kak, berapa berita terkadang malah menyudutkan korban pemerkosaan begitu, maksudnya apa coba? Andai mereka lebih bisa berempati
sepertinya cuma untuk mendatangkan viewers kak ..media spti itu ga peduli empati sama korban
Selalu patah hati rasanya kalau baca-baca berita perkosaan
Lagi-lagi perempuan jadi korban dan seringnya justru malah disalahkan
Semoga ke depannya tak ada lagi kasus-kasus seperti ini
Mari bersama bergerak menjaga martabat perempuan
Setuju kak berita perkosaan seperti tak ada rasa perikemanusiaan pada korban hanya mementingkan viral dan viewers
media saat ini benar2 banyak yang nyebelin. Selain click bait, banyak berita yang isinya angin doang.
angin apa nih kak ? begitulah media kebanyakan sudah tidak menganut etika jurnalisme yang penting viewers dan viral
Asli sebel banget sama portal berita yang ngasih judul klikbait. Yang bagus memang yang memberatkan pelaku dan dari sudut pandang korban serasa diberikan perlindungan dan pembelaan deh. Semoga kedepannya lebih pada sadar gender kalau bikin berita gak asal viral dan mendatangkan views biar korban pemulihan psikisnya bisa cepat
Setuju kak , pemulihan psikis korban perkosaan itu membutuhkan waktu lama dan sebaiknya jangan ditambah dengan memviralkan kejadian perkosaan supaya tidak timbul trauma berkepanjangan
Sangat disayangkan memang. Perempuan sudahlah menjadi korban, masih juga dikulik alasan bagaimana dia bisa diperkosa. Lalu berlanjut ke pakaian yang dikenakan, dan seterusnya.
Media memang acapkali gegabah dalam memberikan judul. Dibuat semenarik mungkin agar kita penasaran untuk segera membuka laman berita. Tapi mempedulikan judul kemana, dan isinya kemana. Setuju untuk mengungkap identitas pelaku, bukannya mengungkap identitas korban.
Nah iya mbak, saya juga berharap si pelaku perkosaan lah yang lebih banyak porsi beritanya untuk ditelisik dan diungkap motif yang sebenarnya supaya jadi pembelajaran buat laki-laki lain
Wanita memang rentan pelecehan ya Mom, seperti yang baru2 ini viral yaitu komentator acara sepak bola melecehkan supporter wanita dengan kata-kata yang tidak pantas dan disiarkan seluruh dunia. Duh miris …
Betul sekali kak ternyata banyak yang masih belum sadar gender untuk memuliakan martabat perempuan
Betul kak pihak media sejatinya melihat dari dua sisi dalam pemberitaan dan lebih berpihak pada korban seharusnya
Nyesek banget ya mom, terkadang demi rating dan pundi tak jarang mereka oknum-oknum menulis hal yang seperti ini. Padahal kejadiannya saja sudah membuat luka bagi korban ditmabah tulisan dengan bumbu-bumbu seperti ini, mana terkadang diceritakan kronologi lengkapnya pula. Itu kejam banget.
Betul dengan menceritakan kronologi kejadian pemerkosaan untuk diketahui publik sama saja membuka aib korban ya kak..kadang demi uang rasa kemanusiaan bisa tertinggal entah kemana…
Situs-situs berita yg seperti ini yg banyak membuat penasaran pembacanya. Padahal dengan memberitakan hal-hal yang menyinggung perasaan orang lain atau korban. Dapat berdampak buruk bagi mentalnya
Seuju banget kak korban yang merasakan dampak berkepanjangan
Saya sangat setuju dengan pendapat ini. Tetapi pada kenyataannya hanya segelintir orang yang menerapkannya secara sempurna, selebihnya hanya setuju dalam lisan ataupun masa bodoh, kembali mengincar trafic dan eksistensi.
Betul kak karena dengan traffic maka pundi-pundi akan mengalir tapi mereka abai sama sisi kemanusiaan terutama dari sisi korban hehehe
Kalo di lihat dari pembuat berita dengan judul yang ambigu mungkin agar orang-orang menjadi penasaran dan membaca isi beritanya. Tapi bagaimanapunjuga seharusnya memberikan judul itu yang bagik dengan kondisi yang terjadi saat itu. apalagi merugikan dari satu pihak yang di sini yaitu Perempuan. Sangat miris berita -berita saat ini
Betul karena yang ada di benak pembuat judul berita hanya viewer sehingga mengesampingkan etika pemberitaan terutama bersimpati pada korban
Yang membuat saya tak habis fikir adalah, media-media online nasional yang justru membuat judul berita tentang kasus pemerkosaan terkesan menyudutkan perempuan. Padahal, saya yakin, dibalik media-media itu isinya orang-orang cerdas yang paham betul substansi gender dalam pemberitaan.
Etapi, begitulah ketika Media bermesraan dengan pemilik modal. Salam dari desa…
Nah iya betul kak media jaman sekarang tergantung kemauan pemilik modal jadi terkadang kurang diperhatikan sisi kemanusiaan dalam memberitakan judul berita karena mengejar viewers dan uang
judul berita memang kudu dipikirkan matang2 agar tak terkesan menyudutkan perempuan ataupun menganggap kasus pemerkosaan ialah hal sepele. kalau judul awal kok kesannya pemerkosaan bukan masalah serius. jahat! apa demi media larisanis dg judul sejahat itu
Begitulah media jaman now lebih mementingkan viewers ketimbang berempati terhadap korban perkosaan..sepertinya media dengan judul yang seperti itu sudah luntur rasa kemanusiaannya
sungguh miris banget saaat gender wanita di lemahkan atau di gitukan karena bagi saya wanita itu seperti ibu kita sendiri, semoga kasus pemerkosaan di hukum berat
Betul jika orang tidak bisa menghargai wanita biasanya dia juga kurang bisa menghargai ibu kandungnya begitu yang sering saya dengar, nah oknum pemerkosa ini biasanya juga tidak bisa menghargai ibu kandungnya mungkin mereka tidak merasa dilahirkan dari rahim ibu entah lahir darimana hehehe
iya kadang judul berita ada yang “memojokkan” seolah-olah si perempuan memang mengundang untuk diperkosa.
kayak yg tadi dibilang “sudah jatuh tertimpa tangga”, lahh dia aja sudah menanggung beban dengan kasus ini malah ditambah tambahi lagi
Nah iya kak kadang pembuat berita hanya membuat klik bait tanpa mempedulikan perasaan korban
Sekarang makin berkembangnya media emang bikin kita harus pinter-pinter ya k milah2, apalagi kadang media terkesan memihak bahkan secara gamblang kadang, kita sebagai perempuan sering banget jadi korban eksploitasi dari banyak segi. Semoga para perempuan Indonesia makin cerdas ya k mengantisipasi hal ini
Bicara tentang memuliakan martabat perempuan ini, jadi sangat bersyukur dulu suka baca sejarah Islam. Jadi sesikit tau bagaimana perempuan jaman jahiliyah diperlakukan, lalu datangnya Islam menyelamatkan dan mengangkat martabat para perempuan. Alhamdulillah. Semoga tidak terulang ya jaman jahiliyah yang mengerikan.
Bener mbak setiap manusia tidak ada yang kedudukannya lebih tinggi justru karena sama kedudukannya di depan Tuhan maka semestinya saling menghargai satu sama lain ya. Saling menjaga martabat apalagi katanya perempuan mahluk lemah ya harus nya dilakukkan setiap manusia yang merasa dirinya lebih kuat ya